Plastik Bisa Hancur Sendiri Sebagai Solusi Ramah Lingkungan

Peneliti berhasil membuat plastik yang bisa hancur sendiri dengan menanamkan enzim khusus.

Foto: (dok. fraunhofer)

 

Jakarta, CNN Indonesia — Tim peneliti Institut Fraunhofer berhasil membuat plastik yang bisa hancur sendiri. Proses pembuatan plastik dengan menanamkan enzim khusus agar mudah terurai.

Dengan enzim tersebut, plastik bisa hancur dengan sendirinya, tanpa perlu dibakar pada suhu yang sangat tinggi.

Secara umum, plastik diproses pada suhu lebih dari seratus derajat Celcius. Sebaliknya, enzim biasanya tidak dapat menahan suhu tinggi ini.

Para peneliti menggunakan pembawa anorganik untuk menstabilkan enzim. Pembawa itu bertindak sebagai semacam perlindungan untuk enzim.

“Kami menggunakan partikel anorganik, misalnya yang sangat berpori. Enzim mengikat pembawa ini dengan menanamkan di pori-pori. Meskipun ini membatasi mobilitas enzim, mereka tetap aktif dan mampu menahan suhu yang jauh lebih tinggi,” ujar Kepala departemen Biofunctionalized Materials and (Glyco)Biotechnology Fraunhofer, Ruben R. Rosencrantz, seperti dikutip New Atlas.

Para peneliti sengaja mencari cara untuk menerapkan enzim yang distabilkan tidak hanya pada permukaan plastik, tetapi juga dengan memasukkannya ke dalam plastik secara langsung.

Meskipun jauh lebih sulit, teknik itu mampu mencegah tanda-tanda keausan pada permukaan material yang mempengaruhi fungsi plastik.

Untuk mencapai hasil material yang optimal dalam proses hilir, enzim yang distabilkan harus didistribusikan secepat mungkin dalam lelehan plastik panas yang ditambahkan, tanpa terkena gaya berlebih atau suhu tinggi.

Melansir situs resmi Institut Fraunhofer, para peneliti telah mengevaluasi berbagai enzim, terutama protease sebagai enzim yang ditanamkan di plastik. Protease dinilai mampu memecah protein lain.

Kemampuan itu membuat plastik yang difungsikan oleh protease itu memiliki efek membersihkan sendiri. Meski demikian, para ilmuwan sedang menguji secara sistematis enzim lain juga. Misalnya, mereka sedang mencari enzim untuk mendegradasi plastik dan zat beracun.

Butiran plastik yang mengandung enzim telah diproduksi. Para peneliti mengklaim bahwa enzim yang tertanam dalam produk itu tetap aktif. Ke depan, mereka akan menguji dan lebih mengoptimalkan proses untuk penggunaan sehari-hari di berbagai aplikasi.

 

Source: https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20210611142527-199-653184/plastik-bisa-hancur-sendiri-sebagai-solusi-ramah-lingkungan

Permintaan plastik meningkat, penjualan Lotte Chemical Titan (FPNI) terungkit

Permintaan plastik meningkat, penjualan Lotte Chemical Titan (FPNI) terungkit

Paparan Publik PT Lotte Chemical Titan Tbk (FPNI) di Jakarta, Jumat (11/6/2021).

 

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Lotte Chemical Titan Tbk (FPIN) mengakui permintaan produk petrokimia ke domestik meningkat seiring dengan kebutuhan plastik yang melonjak  selama pandemi Covid-19.

Di masa pandemi, kebutuhan plastik semakin tinggi untuk bahan baku alat pelindung diri (APD) seperti kacamata medis, masker wajah, dan lainnya. Di sisi lain, plastik juga banyak diserap oleh sektor konsumer untuk kemasan barang yang dijual secara online.

Direktur Lotte Chemical Titan, Robin Wahyudi Handoko memaparkan adanya pandemi Covid-19 membuat produk plastik menjadi lebih friendly karena banyak dibutuhkan. Hal ini berdampak positif bagi Lotte Chemical Titan tercermin dari permintaan produk petrokimia ke Tanah Air cenderung naik.

Melansir laporan keuangan FPNI di kuartal I 2021, penjualan ke domestik tumbuh 50% yoy menjadi US$ 97,40 juta dari yang sebelumnya US$ 64,93 juta di kuartal I 2020.

“Kami akan berusaha untuk menangkap kesempatan ini. Apalagi saat ini, plastik masih terus dibutuhkan baik dari sisi medis maupun e-commerce. Kami akan berusaha menangkap peluang ini dengan memproduksi barang yang sesuai dengan pasar,” jelasnya dalam paparan publik di Jakarta, Jumat (11/6).

Adanya peningkatan permintaan plastik di domestik yang tentu akan berdampak langsung ke penjualan sektor petrokimia, Lotte Chemical Titan memproyeksikan volume penjualan ke domestik akan tumbuh 5% year on year (yoy) di 2021.

Di tahun lalu, FPNI mencatatkan peningkatan yang cukup signifikan pada volume penjualan. Rinciannya, total volume penjualan pada 2019 sebanyak 307 kilo ton (KT) kemudian pada 2020 tumbuh 11% yoy menjadi 340 KT.

Robin menjelaskan, di masa pandemi covid-19 yang dimulai pada bulan Maret 2020 di Indonesia, volume penjualan dapat dipertahankan. Selain karena penjualan domestik yang masih stabil, penjualan ekspor yang mengalami peningkatan cukup signifikan bahkan hingga dua kali lipat.

Kendati demikian, pada tahun ini FPNI akan lebih fokus menggarap pasar domestik. Selain karena kontribusi pasar domestik mendominasi penjualan FPNI yakni sekitar 76%, permintaan dari luar negeri tidak akan sama seperti tahun lalu.

Robin mengungkapkan di tahun lalu penjualan ekspor bisa tumbuh dua kali lipat karena permintaan dari China yang tinggi. Pada kuartal II 2020 China baru membuka aktivitas bisnisnya setelah sempat lockdown. Alhasil, demand dari China meningkat drastis.

Namun, setelah aktivitas pabrik di China sudah mulai berjalan lagi, permintaan dari sana otomatis akan berkurang karena China sudah membangun pabrik petrokimia sendiri dan mengurangi ketergantungan bahan impor.

Walaupun sudah membidik pertumbuhan volume penjualan, manajemen FPNI tidak bisa memproyeksikan pertumbuhan top line dan bottom line. Direktur FPNI, Calvin Wiryapranata mengatakan pendapatan perusahaan sangat dipengaruhi oleh harga komoditasnya yang fluktuatif.

Sebagai informasi, faktor penentu harga, baik produk jual maupun bahan baku, tergantung dari kapasitas global, supply dan demand. Selain itu, harga juga bergantung dari bahan baku petrokimia, yakni minyak bumi.

 

Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi

Source: https://industri.kontan.co.id/news/permintaan-plastik-meningkat-penjualan-lotte-chemical-titan-fpni-terungkit

Mengaspal Jalan dengan Botol Susu Plastik Bekas, Solusi untuk 2 Masalah di Afrika Selatan

Ilustrasi Jalanan Aspal.

Ilustrasi Jalanan Aspal. (dok. Free-Photos/Pixabay/Tri Ayu Lutfiani)

 

Liputan6.com, Jakarta – Penggunaan plastik tak bisa dilepaskan dari keseharian. Contohnya saja terkait penggunaan botol susu. Tak dipungkiri, material ini memiliki kelebihan dibandingkan botol kaca atau sachet misalnya.

Di sisi lain, plastik makin menjadi ancaman serius bagi kesehatan lingkungan di berbagai negara. Hal itu lantaran penggunaan plastik tak terkendali dan tidak terdaur ulang, sedangkan material itu sulit terurai sekaligus mencemari alam.

Dalam konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan pada Desember 2017, kontaminasi plastik diakui sebagai masalah planet yang mengancam sebagian besar ekologi laut dunia. Hanya 10 persen dari plastik yang diproduksi berhasil didaur ulang setiap tahunnya, sedangkan delapan juta ton sampah plastik lainnya berakhir di laut.

Sebuah inisiatif baru dikeluarkan oleh salah satu perusahaan di Afrika Selatan dalam upaya mengurangi polusi plastik. Shisalanga Construction, anak perusahaan Raubex Group Limited telah berhasil mengaspal jalan di Afrika Selatan menggunakan senyawa plastik daur ulang sebagai bagian dari formula dalam aspal.

Dilansir dari Shisalanga.com, Senin, 7 Juni 2021, konstruksi Shisalanga berhasil mengaspal lebih dari 400 meter Cliffdale menggunakan aspal khusus ini. Shisalanga merupakan perusahaan konstruksi pertama di Afrika Selatan yang menyulap limbah plastik botol susu menjadi aspal untuk pembuatan jalan.

Sejak 2019, perusahaan ini mulai mendaur ulang botol plastik yang mereka peroleh dari pendaur ulang di Afrika Selatan. Hal ini dilakukan untuk mengatasi dua permasalahan yag cukup serius di negara tersebut, yaitu pencemaran lingkungan serius akibat sampah plastik dan banyak jalan yang kondisinya rusak.

 

Kelebihan Aspal Plastik

Perusahaan tersebut menggunakan High-Density Polyethylene (HDPE), sejenis plastik yang biasa ditemukan dalam botol susu. Diperkirakan setiap ton aspal mengandung sekitar 118 hingga 128 botol susu bekas, sehingga prosesnya membantu mengurangi limbah plastik.

Penggunaan limah plastik botol plastik menjadi aspal membuat hasilnya menjadi lebih tahan lama, serta dapat bertahan pada suhu di atas 70 derajat Celsius dan dibawah -22 derajat Celsius. Biaya produksi yang digunakan untuk menghasilkan aspal ramah lingkungan ini tidak jauh berbeda dengan biaya produksi aspal pada umumnya.

Perusahaan ini percaya bahwa jalanan yang mereka buat dapat bertahan hingga 20 tahun lebih lama. Hal ini tentu saja dapat menghemat anggaran pengeluaran negara. Tak hanya itu, emisi zat beracun yang dihasilkan dalam proses produksi aspal limbah botol plastih jauh lebih rendah dibandingkan dengan aspal biasa.

 

Praktik di Indonesia

Inovasi ini juga diterapkan di Indonesia oleh Perusahaan ELVALOY RET Dow. Di Indonesia, Dow bekerja sama dengan pemerintahan dan berbagai pemangku kepentingan untuk menyelesaikan uji coba jalan plastik pertama di Depok. Sekitar 3,5 metrik ton bahan sampah plastik dicampur menjadi aspal untuk membuat jalan sepanjang 1,8 kilometer, yang mencakup total area 9.781 meter persegi.

Sementara, pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengaku terus mendorong pemanfaatan aspal plastik. Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menyebut sejumlah proyek jalan nasional di beberapa wilayah Indonesia sudah menggunakan aspal plastik pada 2019.

Proyek tersebut tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Bali, dan Sulawesi. Jika ditotal, panjangnya mencapai 22,7 kilometer. Pada 2018, total panjang jalan nasional yang menggunakan aspal plastik mencapai 16,3 kilometer. Pihaknya tak menutup kemungkinan untuk menggunakan material tersebut di jalan tol.

 

Oleh: Dinda Rizky Amalia Siregar

Source: https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4575919/mengaspal-jalan-dengan-botol-susu-plastik-bekas-solusi-untuk-2-masalah-di-afrika-selatan

Cara Brand Mi Instan Jepang Tekan Jumlah Sampah Plastik Puluhan Ton per Tahun

Ilustrasi Mi Instan Cup

Ilustrasi mi instan cup. (dok. Unsplash.com/@yo_puaaa)

 

Liputan6.com, Jakarta – Isu lingkungan, keberlanjutan, hingga sampah plastik kian jadi sorotan berbagai pihak. Salah satunya perubahan kecil  ditunjukkan oleh perusahaan makanan Jepang Nissin yang juga memproduksi mi instan.

Dilansir dari laman Soranews24, Senin (7/6/2021), Nissin telah meningkatkan kesadaran ramah lingkungan selama beberapa tahun terakhir. Mulai Juni 2021, perusahaan ini memiliki dengan strategi baru dalam keberlanjutan dengan menghilangkan segel penutup mi instan cup.

Penghilangan plastik tipis dengan perekat di atasnya yang menahan cup mi instan dimasak dalam air mendidih. Langkah ini diperkirakan akan mengurangi sekitar 33 ton sampah plastik per tahun yang dihasilkan perusahaan ini.

Sebagai pengganti segel penutup, Nissin mengubah bentuk cup mi instan. Kini, mi instan ini menampilkan dua segel penutup dan konsumen dapat melipatnya di sepanjag tepi cup untuk menjaga penutupnya tetap tertutup rapat.

Perubahan ini akan berlaku untuk semua mi instan cup Nissin ukuran biasa dan mini. Sementara, untuk ukuran Big Cup masih memiliki segel plastik.

Upaya tersebut merupakan bagian dari “Do it Now!” Nissin. Lewat kampanye yang dimulai 2019 ini perusahaan bertujuan untuk mengatasi masalah lingkungan dan manusia melalui upaya di berbagai bidang, seperti pencegahan bencana, keberlanjutan, keamanan pangan, dan lainnya.

Mi instan cup dari Nissin, Cup Noodles, sempat membagikan kampanye mereka melalui unggahan di akun Twitter resmi. Adapun unggahan ini juga disampaikan dengan video singkat berdurasi 36 menit.

50 tahun setelah dirilis, kami memutuskan untuk menghapus “segel tutup” yang menempel di bagian bawah mie cup,” tulis mereka dalam unggahan pada 4 Juni 2021.

Ini menghemat 33 ton plastik setiap tahun. Lalu bagaimana cara menghentikan tutupnya? Silakan tonton videonya,” lanjut mereka.

 

Tanggapan Warganet

Dalam video berdurasi 36 detik itu memperlihatkan segel penutup mi instan Cup Noodles yang awalnya hanya satu, yang kini dihadirkan dua segel penutup di bagian kiri dan kanan. Keduanya dapat digunakan untuk menutup mi instan saat mi diseduh dengan air panas.

Sejak diunggah pada 4 Juni 2021, cuitan dengan video singkat itu telah ditonton lebih dari 2 juta kali. Video ini juga di re-tweet lebih dari 61,6 ribu kali dan mendapat 125,7 ribu kali.

Unggahan itu mencuri perhatian warganet. “Saya juga terkejut dengan jumlah 33 ton!” tulis seorang warganet. “Ini adalah perubahan kecil, tetapi ini adalah langkah maju yang besar,” tulis warganet lainnya.

 

Oleh: Putu Elmira

Source: https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4575431/cara-brand-mi-instan-jepang-tekan-jumlah-sampah-plastik-puluhan-ton-per-tahun

Olah Plastik Jadi Paving Blok, Pria Ini Setiap Hari Mengais Tong Sampah, Ajak Warga Peduli

Subekhi (41), warga Desa Jatilaba, Kecamatan Margasari, Kabupaten Tegal yang berinisiatif menyulap sampah plastik menjadi paving blok.

Subekhi (41), warga Desa Jatilaba, Kecamatan Margasari, Kabupaten Tegal yang berinisiatif menyulap sampah plastik menjadi paving blok. (tribunnews)

 

 

KOMPAS.com – Hampir setiap hari, pria asal Desa Jatilaba, Kecamatan Margasari, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, ini memunguti dan mengais sampah plastik di desanya.

Pria tersebut bernama Subekhi (41). Dirinya mengaku prihatin dengan banyaknya sampah tak terurus dan menganggu keindahan desanya.

Setelah terkumpul, sampah-sampah tersebut diolah untuk dijadikan paving blok.

“Saya prihatin dan gelisah ketika ada tumpukan sampah di beberapa titik. Apalagi yang di pinggir jalan karena menganggu pemandangan. Jadi, dari sana saya ingin memberikan sumbangsih, memilah sampah plastik dan membuatnya jadi paving blok,” kata Subekhi, dilansir dari Tribunjateng.com, Minggu (23/5/2021).

 

Setiap hari keliling

Subekhi menceritakan, setiap hari dirinya berkeliling memunguti sampah dari rumah warga, khususnya yang punya kantong khusus darinya.

“Setiap hari kami keliling kampung untuk mengambil sampah plastik dari tong yang sudah saya sediakan khusus untuk warga,” jelasnya.

Setelah terkumpul, sampah-sampah diolah secara manual. Dalam sehari, dirinya mengaku bisa membuat paving blok seluas 2 meter persegi.

Lalu, setiap satu meternya berisi 36 paving blok yang dia jual seharga Rp 75.000. Sementara untuk pupuk kompos dia jual per kilo Rp 1.000.

 

Cintai lingkungan

Subekhi mengatakan, aksinya tersebut tak semata-mata untuk bisnis, namun mengajak masyarakat peduli lingkungan.

Terlebih persoalan sampah ini menurutnya kian kompleks dan pengelolaan sesungguhnya menjadi tanggung jawab bersama.

Baginya, masalah sampah plastik harus serius ditanggapi secara bersama-sama.

“Ayo, sama-sama kita urai masalah sampah ini. Kurangi produksinya dengan mengelola sampah secara benar. Setiap orang punya tanggung jawab sama soal sampah ini, jangan sampai dibuang sembarangan, syukur-syukur bisa dikelola dari rumah masing-masing. Sampah organik bisa jadi pupuk kompos dan sampah plastik bisa didaur ulang,” pungkasnya.

 

Editor: Michael Hangga Wismabrata

Source: https://regional.kompas.com/read/2021/05/23/113916178/olah-plastik-jadi-paving-blok-pria-ini-setiap-hari-mengais-tong-sampah-ajak?page=all

Tahun depan, pemerintah berencana terapkan cukai plastik

Tahun depan, pemerintah berencana terapkan cukai plastik

 

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan penerapan cukai terhadap plastik akan berlangsung di tahun depan. Ini menjadi strategi pemerintah untuk mengejar penerimaan perpajakan 2022.

Adapun Menkeu menyampaikan dalam rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 target penerimaan perpajakan berada di kisaran Rp 1.499,3 triliun hingga Rp 1.528,7 triliun. Angka tersebut naik 8,37% hingga 8,42% dari proyeksi penerimaan perpajakan 2021.

Setali tiga uang, barang kena cukai tidak lagi terbatas pada hasil tembakau, minuman mengandung etil alkohol, dan etil alkohol, tapi juga plastik. Salah satu latar belakangnya yakni dampak penggunaan plastik terhadap lingkungan.

Direktur Jenderal Bea Cukai Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Askolani mengatakan, saat ini otoritas fiskal tengah mempersiapkan payung hukum cukai plastik.

“Sedang dipersiapkan regulasinya, nanti ditunggu resminya bisa sudah selesai ditetapkan,” ujar Askolani kepada Kontan.co.id, Jumat (7/5).

Wacana cukai plastik memang sudah lama bergulir, setidaknya tahun lalu pemerintah ingin menerapkannya, tapi karena mempertimbangkan dampak pandemi virus corona akhirnya diundur.

Namun kabar baiknya akhir tahun lalu Kemenkeu mengabarkan, cukai dikenakan atas seluruh produk plastik. Usulan itu berkembang sebab, tadinya hanya mengenakan cukai terhadap kantong plastik dengan tarif cukau Rp 200 per lembar. Rencana ini pun diklaim Kemenkeu sudah disepakati oleh Komisi XI DPR RI.

Ekonom Makro Ekonomi dan Pasar Keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia (UI) Teuku Riefky menilai pengenaan cukai terhadap seluruh produk plastik sudah tepat.

Sebab, jika hanya kantong plastik, maka akan makan banyak waktu untuk mengekstensifikasi cukai atas produk plastik lainnya.

“Proses negosiasinya semakin panjang, karena nanti harus koordinasi lagi dengan Kementerian/Lembaga terkait, dan persetujuan DPR RI. Dampaknya semakin lama mendapatkan benefitnya dari cukai, kegaduhan mungkin ada sekali saja tapi nanti juga akan berlalu,” kata Riefky kepada Kontan.co.id, Minggu (9/5).

Riefky mengatakan, apabila cukai dikenakan terhadap produk plastik maka konsumsi masyarakat cenderung tidak akan terpengaruh besar. Sebab, plastik bukan produk elastis, Riefky bilang harganya lebih mahal sedikit masyarakat tetap beli karena merupakan kebutuhan penunjang dari kebanyakan makan-minuman.

Menurutnya, dari sisi tarif cukai plastik sebaiknya diterapkan berbeda-beda tergantung dari jenis plastik serta dampaknya terhadap lingkungan.

Cara ini juga berguna agar pemerintah bisa mengkaji efektivitas cukai terhadap konsumsi masyarakat di masing-masing segmen produk plastik.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Buduono mengatakan pengenaan cukai plastik akan menurunkan profitabilitas industri.

Dus, Dia bilang ini akan menggerus penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PNN) dari perusahaan kantong plastik.

Efeknya bisa berdampak terhadap pemutusan hubungan kerja (PHK), terlebih tahun depan ekonomi masih dalam tahap pemulihan. Kata Fajar, kebijakan cukai lebih baik dikenakan kepada produk impor bahan baku plastik atau produk plastik.

Cara ini diyakini dapat dengan mudah menggenjot penerimaan cukai tanpa mengganggu perekonomian industri kantong plastik.

“Perdagangannya jelas, ada di pelabuhan masuknya itu barang. Impor mereka cukup besar, yang bahan baku mencapai sekitar 2 juta ton per tahun, sementara yang barang cadi mencapai 1 juta ton per tahun,” kata dia.

 

Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Yudho Winarto

Source: https://nasional.kontan.co.id/news/tahun-depan-pemerintah-berencana-terapkan-cukai-plastik?page=2

Ramah Lingkungan, Michelin Ingin Buat Ban dari Sampah Botol Plastik

Dua Ban Unggulan Michelin Sasar Kendaraan Premium

Lewat ban Pilot Sport 2 dan Lattitude Sport 3, Michelin sasar kendaraan premium.

 

Liputan6.com, Jakarta – Michelin ingin membuat ban dari daur ulang botol plastik. Pasalnya, hampir 3 miliar botol plastik per tahun memang bisa didaur ulang untuk digunakan dalam proses produksi ban.

Melansir Autoblog, pabrikan asal Prancis ini mengatakan tujuannya untuk mencapai 40 persen bahan yang berkelanjutan (dapat diperbaharui atau didaur ulang) pada 2030, dan 100 persen pada 2050 satu langkah lebih dekat menjadi kenyataan.

Raksasa ban asal Prancis ini bahkan telah berhasil menguji teknologi daur ulang plastik oleh perusahaan biokimia Carbios, yang dapat digunakan dalam produksi ban.

Proses daur ulang carbios enzymatic untuk limbah plastik polietilen treftalat (PET) bergantung dari enzim yang mampu mendepolimerisasi plastik. PET ini sendri, merupakan jenis plastik yang digunakan untuk membuat botol, pakaian polyster, dan beberapa jenis karpet.

Bahan tersebut, biasanya didaur ulang termasuk menjadi jaket bulu domba, tetapi juga merupakan salah satu sumber utama limbah plastik. Menurut Michelin, praktik daur ulang konvensional tidak menghasilkan produk yang cocok untuk digunakan pada ban, tetapi proses enzimatis’menghasilkan poliester berkekuatan tinggi sangat cocok untuk ban, karena ketahanannya terhadap kerusakan, ketangguhan, dan stabilitas termal.

“Penguatan berteknologi tinggi ini telah menunjukkan kemampuan mereka untuk memberikan kinerja yang identik dengan industri minyak,” kata Nicolas Seeboth, direktur penelitian polimer di Michelin, dalam sebuah pernyataan.

 

Michelin Tak Lagi Gunakan Plastik Pembungkus Ban, Ini Alasannya

Untuk mengurangi sampah plastik sekali pakai serta menjalankan proses bisnis yang berkelanjutan, Michelin Indonesia menghentikan penggunaan pembungkus plastik pada ban motor.

Langkah ini juga diharapkan dapat mendukung kebijakan pemerintah dalam mengurangi sampah plastik sesuai dengan arahan Peraturan Presiden nomor 97 tahun 2017 tentang pengurangan sampah plastik hingga 30 persen pada tahun 2025.

“Menghilangkan bungkus plastik pada ban akan secara signifikan mengurangi sampah plastik sekali pakai yang dihasilkan oleh produk Michelin,” ungkap Presiden Direktur Michelin Indonesia Steven Vette dalam keterangan resmi yang diterima Liputan6.com.

Michelin menghilangkan bungkus plastik untuk ban motor dimulai sejak Maret 2021. Kebijakan ini akan diikuti oleh perusahaan Michelin lainnya di Indonesia, yaitu Multistrada Arah Sarana.

Kebijakan meniadakan bungkus plastik ini didukung sepenuhnya oleh mitra distribusi utama Michelin yaitu Planet Ban. Untuk memudahkan penjual dan pengguna untuk menemukan ban yang mereka butuhkan, Michelin memasang stiker berdasarkan pola, kategori dan ukuran. Semua informasi tentang ban dapat ditemukan pada stiker.

 

Oleh: Arief Aszhari

Source: https://www.liputan6.com/otomotif/read/4551807/ramah-lingkungan-michelin-ingin-buat-ban-dari-sampah-botol-plastik

Menperin Pede Industri Manufaktur Tak Lagi Tumbuh Negatif di Kuartal II-2021

Pelabuhan. ©2013 Merdeka.com/arie basuki

 

Merdeka.com – Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita mengklaim, tren pertumbuhan industri manufaktur menunjukkan arah perbaikan sejak kuartal IV-2020 sampai kuartal I-2021. Bahkan angka pertumbuhannya lebih baik dari angka pertumbuhan ekonomi secara kuartalan.

Adapun sektor-sektor yang menjadi prime mover dari pertumbuhan kuartal I-2021 ini adalah industri kimia, farmasi dan obat tradisional. Kemudian diikuti industri furnitur, industri logam dasar, industri karet, barang dari karet dan plastik, industri mesin dan perlengkapan, serta industri makanan dan minuman.

“Bila kita lihat secara year on year, industri non migas memang masih menunjukkan angka kontraksi sebesar minus 0,71 persen, tetapi apabila kita lihat angka kontraksi tersebut berada di atas pertumbuhan ekonomi, yang minus 0,74 persen,” katanya di Jakarta, Rabu (5/5).

Menperin Agus menyebutkan, industri yang tumbuh positif secara tahunan adalah industri kimia, farmasi dan obat tradisional sebesar 11,46 persen, disusul industri furnitur sebesar 8,04 persen, industri logam dasar sebesar 7,71 persen, industri karet, barang dari karet dan plastik sebesar 3,84 persen, industri mesin dan perlengkapan sebesar 3,22 persen, serta industri makanan dan minuman sebesar 2,45 persen.

“Kami yakin pada kuartal kedua, pertumbuhan industri sudah bisa masuk teritori positif, seiring dengan meningkatnya aktivitas ekonomi. Artinya, pemerintah sangat optimis terhadap pertumbuhan ekonomi di depan,” ujarnya.

Optimisme itu didukung dengan capaian gemilang dari sektor industri belakangan ini. Misalnya, pada bulan Maret 2021, tercatat Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia berada di level tertinggi sepanjang sejarah, yaitu 53,2. Hebatnya lagi, di bulan April, meningkat menjadi 54,6. Sejalan dengan kenaikan PMI tersebut, utilisasi industri pengolahan nonmigas pada bulan Maret 2021 sebesar 61,30 persen, meningkat dibanding dua bulan sebelumnya.

“Selain itu, kami juga perlu sampaikan bahwa apabila kita lihat secara q to q untuk beberapa indikator naik double digit, seperti produksi mobil yang naik sebesar 23,36 persen, penjualan mobil naik 16,63 persen, dan penjualan sepeda motor naik 64,52 persen,” tuturnya.

Selama ini, industri otomotif berperan strategis dalam memacu perekonomian karena memiliki banyak sektor penunjangnya. Menperin Agus menyatakan, kinerja positif itu menandakan sektor industri mulai menggeliat kembali untuk terus berproduksi dalam roda perekonomian.

“Momentum ini jangan sampai hilang. Oleh karena itu, kita jaga dengan beberapa kebijakan dan program yang telah Kemenperin jalankan,” imbuhnya.

Agus mengemukakan, sektor industri pengolahan non migas masih menjadi motor penggerak roda perekonomian nasional pada kuartal I tahun 2021. Terlihat dari kontribusinya terhadap PDB nasional sebesar 17,91 persen, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2020 yang tercatat sebesar 17,86 persen.

Selain itu, tercatat nilai ekspor sektor industri pada Januari-Maret 2021 sebesar USD38,95 miliar dan menghasilkan neraca surplus sebesar USD3,69 miliar. Tiga industri yang memberikan nilai terbesar, yakni industri makanan sebesar USD9,68 miliar, industri logam dasar sebesar USD5,86 miliar, serta industri bahan kimia, farmasi dan obat tradisional sebesar USD4,30 miliar.

Berikutnya, nilai investasi sektor industri pada periode Januari-Maret 2021 sebesar Rp88,3 triliun, naik 37,97 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Nilai investasi terbesar diberikan oleh industri logam, mesin dan elektronik sebesar Rp31,2 triliun, industri makanan sebesar Rp21,8 triliun, serta industri kimia dan farmasi sebesar Rp9,4 triliun.

 

Substitusi Impor

Dia menambahkan, pihaknya telah meluncurkan program substitusi impor 35 persen pada tahun 2022. Nilai substitusi impor yang ditargetkan adalah sebesar Rp152, 83 triliun atau 35 persen dari potensi impor tahun 2019 yang sebesar Rp434 triliun rupiah. Langkah-langkah untuk penurunan impor dilakukan melalui substitusi impor dan peningkatan utilisasi sektor industri.

“Langkah-langkah mengakselerasi program substitusi impor dan mendorong akselerasi pertumbuhan industri pada tahun 2021ini akan diimplementasikan ke dalam kebijakan dan program strategis untuk dapat dilaksanakan pada tahun 2021,” terangnya.

Adapun kebijakan dan program tersebut, di antaranya program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN). Melalui program ini, diharapkan dapat meningkatkan investasi dan menutup pohon-pohon industri yang masih diisi oleh barang-barang impor.

“Kami juga memfasilitasi pemberian sertifikat tingkat kandungan dalam negeri (TKDN), yang akan mempermudah industri kecil dan menengah (IKM) memasukkan produk-produknya ke dalam e-katalog, sehingga akan memperluas pasar mereka,” paparnya.

Kebijakan lainnya, yakni penurunan harga gas, program hilirisasi mineral, pengembangan kawasan industri, program pengembangan Digital Capability Center, program pengembangan vokasi industri, program pengembangan IKM, dan program Bangga Buatan Indonesia.

 

Reporter : Dwi Aditya Putra

Source: https://www.merdeka.com/uang/menperin-pede-industri-manufaktur-tak-lagi-tumbuh-negatif-di-kuartal-ii-2021.html?page=1

Ilmuwan Temukan Bakteri Pengurai Plastik, Bisa Jadi Solusi Sampah Plastik?

Ilustrasi foto sampah plastik.

Ilustrasi foto sampah plastik. (iStockphoto)

 

Liputan6.com, Jakarta – Ilmuwan China mencatat identifikasi campuran bakteri laut yang diklaim mampu mengurai plastik, salah satu limbah paling banyak dan sumber sebagian besar polusi di lautan. Sementara kualitas bakteri pemakan plastik sudah diketahui komunitas ilmiah, penelitian oleh Institute of Oceanology, Chinese Academy of Sciences, adalah yang pertama menetapkan hubungan langsung ke polythene (PE).

Dalam studi yang diterbitkan dalam Journal of Hazardous Materials, Jumat, 23 April 2021, tim yang dipimpin Sun Chaomin mengatakan, mereka telah menemukan kombinasi bakteri yang mampu mengurai tidak hanya polietilen tereftalat (PET), tapi juga plastik yang digunakan untuk membuat tas.

“Dibandingkan dengan studi ekstensif tentang bakteri dan enzim yang mendegradasi PET, penelitian tentang degradasi PE tertinggal jauh di belakang,” kata para peneliti melansir laman South China Morning Post, Senin, 3 Mei 2021.

Tim peneliti mengatakan, mereka menambahkan bakteri ke sampel polietilen, serta polietilen tereftalat, dan setelah tes berulang kali, tercatat bahwa kombinasi tertentu dari tiga jenis bakteri menyebabkan “kerusakan nyata” pada plastik, termasuk membuat “banyak retakan berat dan lubang yang dalam.”

Sekitar lima juta ton plastik dibuang ke laut setiap tahun dan para ilmuwan sangat ingin menemukan cara ramah lingkungan untuk membuangnya. Menurut studi itu, sampah plastik bertanggung jawab atas kematian sekitar satu juta burung dan 10 ribu hewan laut setiap tahun dengan PE dan PET termasuk di antara “pelanggar terburuk.”

Sementara para ilmuwan telah mengidentifikasi lebih dari 430 mikroorganisme yang dapat merusak berbagai jenis plastik, Wolfgang Streit, seorang profesor mikrobiologi dan bioteknologi di Universitas Hamburg di Jerman, yang tidak terlibat dalam penelitian di China, mengatakan bahwa temuan itu menarik.

“(Ilmuwan) memiliki pemahaman yang baik tentang bagaimana PET terdegradasi. Kami memiliki enzim untuk PET. Tapi untuk PE, tidak ada satu pun enzim yang diketahui dapat mendegradasinya,” katanya soal solusi mengatasi sampah plastik secara lebih ramah lingkungan.

 

Oleh: Asnida Riani

Source: https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4548920/ilmuwan-temukan-bakteri-pengurai-plastik-bisa-jadi-solusi-sampah-plastik

Kelompok Inovator di Yogyakarta Ubah Limbah Kantong Plastik Jadi Produk Bangunan

Proses memasukan sampah plastik kresek yang sudah dipotong-potong kecil kedalam mesin cetakan. plastik ini akan dicampur pasir dan dipanaskan untuk menghasilkan produk bangunan.

Proses memasukan sampah plastik kresek yang sudah dipotong-potong kecil kedalam mesin cetakan. plastik ini akan dicampur pasir dan dipanaskan untuk menghasilkan produk bangunan.(KOMPAS.COM/YUSTINUS WIJAYA KUSUMA)

 

YOGYAKARTA, KOMPAS.com – Dalam kehidupan sehari-hari, bagi sebagian orang penggunaan kantong plastik sudah hampir tidak terlepaskan.

Bahannya yang ringan, simpel dan kekuatan kelenturannya membuat plastik kresek menjadi andalan untuk membawa barang-barang.

Di sisi lain, seringnya penggunaannya, membuat produksi sampah plastik kresek setiap hari terus bertambah.

Kondisi tersebut membuat Tri Setyawati  bersama rekan-rekanya di Lembaga Pengembangan dan Penelitian Desa Ku melakukan penelitian guna mencari solusi yang efektif untuk sampah plastik kresek.

“Latar belakangnya itu, sudah lama orang berbicara tentang sampah, khususnya  plastik. Tapi kita dalam kehidupan sehari itu tidak mungkin lepas dari plastik, solusinya kan sebenarnya bukan pemanfaatan plastiknya tapi pengelolaan limbahnya,” ujar Tri Setyawati mewakili tim inventor saat ditemui Kompas.com di lokasi workshop Lembaga Pengembangan dan Penelitian Desa Ku, Sidokerto, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Kamis (22/4/2021).

Diungkapkanya, plastik memiliki jenis yang banyak, antara lain PE (Polyethelene), PP (Polypropylene) hingga PET (Polyethylene Terephthalate).

Masing-masing jenis plastik tersebut memiliki karakter yang berbeda-beda.

Tri Setyawati dan teman-teman inventor kemudian memilih fokus pada sampah plastik jenis LDPE (Low Density Polyethylene).

“Kami fokus ke LDPE (Low Density Polyethylene) yang bahasa sederhana dan orang tahu, kresek. Pada prinsipnya semua jenis plastik bisa digunakan untuk teknologi kami,” bebernya.

Pilihan fokus pada sampah plastik kresek ini bukan tanpa alasan.

Selain tidak mudah terurai, sampah plastik kresek juga jarang dilirik orang, karena harganya cukup rendah dibandingkan sampah plastik lain.

“Pemulung pun malas mengambil sampah plastik kresek, kalau PVC 30 sentimeter saja itu pasti diambil orang tapi kalau kresek ada 10 sampai 15 dijalan dicuekin pasti,” tegasnya.

Lembaga Pengembangan dan Penelitian Desa Ku memang fokus pada lingkungan, terutama terkait dengan limbah.

Mereka melihat, limbah kantong plastik banyak menyebabkan masalah sehingga perlu ada solusi yang benar-benar efektif.

“Ada beberapa limbah lain yang kami lakukan, seperti limbah batu bara, limbah sawit. Kami melihat bahwa limbah dapat menyebabkan banyak masalah, tidak hanya kesehatan, lingkungan, tapi ekonomi juga berdampak,” ungkapnya.

 

Penulis : Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma
Editor : Teuku Muhammad Valdy Arief

Source: https://regional.kompas.com/read/2021/04/30/182116278/kelompok-inovator-di-yogyakarta-ubah-limbah-kantong-plastik-jadi-produk?page=all