Kontribusi Ekonomi Sirkular Dalam Mengurangi Emisi

Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29% hingga 41% pada tahun 2030 dari skenario business as usual. Salah satu pendekatan yang dapat membantu mencapai target ini adalah dengan mengadopsi ekonomi sirkular. Menurut laporan Ekonomi Sirkular di Indonesia yang diterbitkan oleh UNDP, jika lima sektor utama (makanan & minuman, tekstil, konstruksi, perdagangan eceran & grosir, serta elektronik & peralatan listrik) sepenuhnya mengadopsi prinsip ekonomi sirkular, Indonesia dapat mengurangi emisi CO2 sebesar 126 juta ton pada tahun 2030.

Ekonomi sirkular adalah pendekatan yang bertujuan untuk mempertahankan nilai produk, material, dan sumber daya dalam ekonomi selama mungkin, serta meminimalkan limbah dan dampak negatif terhadap lingkungan. Prinsip utamanya adalah 5R: Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang), Refurbish (memperbarui), dan Renew (memperbarui dengan bahan yang lebih berkelanjutan).

Berikut bagaimana ekonomi sirkular dapat membantu mengurangi emisi CO2 dalam 5 sektor:

 

1. Perdagangan Eceran & Grosir (Kemasan Plastik)

Pada tahun 2019, sektor perdagangan eceran dan grosir di Indonesia menghasilkan sekitar 5,4 juta ton limbah kemasan plastik. Dengan mengurangi limbah kemasan plastik sebesar 21% melalui penggunaan kemasan yang lebih ramah lingkungan dan dapat didaur ulang, serta mendaur ulang 17% sisa limbah, sektor ini dapat mengurangi emisi CO2 dari produksi kemasan plastik. Selain itu, mendorong penggunaan kembali dan penggantian dengan kemasan yang lebih berkelanjutan dapat mengurangi permintaan terhadap kemasan plastik baru.

 

2. Tekstil

Industri tekstil di Indonesia menghasilkan sekitar 2,3 juta ton limbah pada tahun 2019. Dengan mengurangi limbah tekstil sebesar 14% melalui desain produk yang lebih efisien dan memperpanjang masa pakai produk, serta mendaur ulang 8% sisa limbah tekstil, sektor ini dapat mengurangi emisi CO2 dari proses produksi tekstil. Selain itu, mendorong penggunaan kembali produk tekstil seperti pakaian bekas dapat mengurangi permintaan terhadap produk baru dan emisi terkait.

 

3. Konstruksi

Sektor konstruksi di Indonesia menghasilkan sekitar 29,0 juta ton limbah konstruksi dan demolisi pada tahun 2019. Dengan mengurangi limbah konstruksi dan demolisi sebesar 5% melalui desain bangunan yang lebih efisien dan penggunaan material yang dapat didaur ulang, serta mendaur ulang 15% sisa limbah, sektor ini dapat mengurangi emisi CO2 dari produksi material bangunan seperti semen dan baja. Selain itu, desain bangunan yang lebih efisien energi dapat mengurangi emisi selama masa operasional.

 

4. Makanan & Minuman

Sektor makanan dan minuman menyumbang sekitar 57,4 juta ton food loss and waste pada tahun 2019. Dengan mengurangi food loss and waste sebesar 50% dan mendaur ulang 4% sisa makanan melalui pengomposan atau produksi biogas, sektor ini dapat mengurangi emisi CO2 secara signifikan. Pengurangan food loss and waste berarti mengurangi kebutuhan produksi makanan, yang pada gilirannya mengurangi emisi dari proses produksi seperti pengelolaan lahan, penggunaan pupuk, dan transportasi.

 

5. Elektronik & Peralatan Listrik

Di tahun 2019, sektor elektronik dan peralatan listrik di Indonesia memproduksi sekitar 1,8 juta ton e-waste. Dengan mengurangi e-waste sebesar 13% melalui desain produk yang lebih tahan lama dan dapat diperbaiki, serta mendaur ulang 16% sisa e-waste, sektor ini dapat mengurangi emisi CO2 dari produksi peralatan elektronik baru. Tak hanya itu, memperpanjang masa pakai produk elektronik dan mengurangi kasus pemakaian prematur dapat menurunkan permintaan akan produk baru dan emisi yang terkait.

 

Manfaat Ekonomi Sirkular

Selain berkontribusi dalam mengurangi emisi CO2, transisi menuju ekonomi sirkular juga dapat memberikan manfaat ekonomi dan sosial yang signifikan bagi Indonesia. Laporan UNDP menyebutkan bahwa dengan mengadopsi ekonomi sirkular di lima sektor utama, Indonesia dapat meningkatkan PDB sebesar Rp593 triliun hingga Rp638 triliun pada tahun 2030 dibandingkan skenario business as usual. Selain itu, ekonomi sirkular dapat menciptakan 4,4 juta lapangan kerja bersih secara kumulatif antara tahun 2021 dan 2030, dengan 75% peluang kerja untuk perempuan.

Dari sisi rumah tangga, ekonomi sirkular juga dapat menghemat pengeluaran tahunan rata-rata sebesar Rp4,9 juta per rumah tangga pada tahun 2030, yang setara dengan 9% dari pengeluaran rumah tangga saat ini. Penghematan ini berasal dari efisiensi sumber daya dan pengurangan pemborosan yang dihasilkan dari praktik-praktik ekonomi sirkular. Selain itu, ekonomi sirkular juga dapat berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan dan sumber daya alam Indonesia. Dengan mengurangi limbah dan menggunakan sumber daya secara lebih efisien, ekonomi sirkular dapat membantu mengurangi degradasi lahan, pencemaran air, dan eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan.

Mari kita bersama-sama bergerak menuju ekonomi sirkular yang berkelanjutan! Dengan peran yang kuat dari pemerintah, sektor swasta, dan partisipasi aktif masyarakat, kita dapat mencapai target pengurangan emisi CO2, dan menciptakan perubahan yang signifikan. Pemerintah bisa membuat kebijakan pro-sirkular, swasta bisa mengembangkan inovasi berkelanjutan, dan masyarakat bisa mengubah pola konsumsi.

Bergabunglah dengan kami dalam gerakan ini untuk membangun masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan. Kunjungi situs web kami di http://www.plasticsandrubberindonesia.com untuk mengetahui lebih lanjut tentang inisiatif dan program ekonomi sirkular yang sedang berlangsung. Bersama, kita bisa menciptakan perubahan positif bagi lingkungan dan generasi mendatang.

 

Referensi

  • United Nations Development Programme & Bappenas. (2021). The Economic, Social and Environmental Benefits of a Circular Economy in Indonesia: Summary for Policymakers. https://lcdi-indonesia.id/wp-content/uploads/2021/02/Executive-Summary-The-Economic-Social-and-Environmental-Benefits-of-a-Circular-Economy-in-Indonesia.pdf