Edukasi Soal Daur Ulang Plastik Kemasan PET Perlu Ditingkatkan

Presiden Direktur PT Namasindo Plas Yanto Widodo (kanan) tengah berbincang dengan salah satu karyawan terkait proses daur ulang plastik PET di Padalarang,Bandung Barat, Jawa Barat. ( Foto: Ist )
Heriyanto / HS Senin, 14 Januari 2019 | 09:05 WIB

Jakarta – Teknologi pengolahan dan daur ulang plastik, terutama kemasan (botol) plastik polyethylene terephthalate (PET), terus berkembang. Sejalan dengan itu, upaya mendorong konsumen untuk menggunakan produk kemasan daur ulang juga harus ditingkatkan.

Yanto Widodo selaku Presiden Direktur PT Namasindo Plas di Bandung, Jawa Barat, baru-baru ini, menjelaskan bahwa teknologi pengolahan kemasan plastik PET di Indonesia sudah sangat maju sebagaimana di Eropa dan Amerika Serikat. Pengolahan dan daur ulang plastik PET tersebut sudah bisa menghasilkan berbagai produk seperti botol, tekstil, dan juga bahan baku untuk industri lainnya.

“Teknologi pengolahan daur ulang plastik PET sudah sangat maju. Produk yang dihasilkan pun sudah memenuhi standar dan kelayakan untuk digunakan kembali,” jelasnya.

PT Namasindo Plas adalah perusahaan pertama di Indonesia yang telah mendirikan pabrik pengolahan daur ulang PET mulai tahun 2008. Langkah itu dilakukan sebagai wujud dari program kepedulian lingkungan dalam pengurangan sampah botol PET yang belum banyak di kelola dengan benar.

Untuk itu, lanjut Yanto, produk yang diolah dari proses daur ulang tersebut pun layak digunakan sesuai dengan pemanfaatannya. Kesadaran konsumen untuk memanfaatkan botol plastik PET daur ulang itu juga harus terus ditingkatkan.

“Untuk meningkatkan kesadaran ini memerlukan edukasi bahwa teknologi daur ulang sudah sangat berkembang dan memenuhi berbagai kriteria atau standar internasional. Semakin banyak konsumen memanfaatkannya maka usaha daur ulang juga akan meningkat,” ujarnya.

Salah satunya, kata penggemar kendaraan Volkswagen ini, dengan memanfaatkan botol plastik PET yang sudah didaur ulang. Selain edukasi, berbagai regulasi juga harus didorong untuk memanfaatkan produk daur ulang plastik sebagai bentuk kepedulian pada lingkungan.

Terkait dengan industri, Yanto juga berharap insentif dan dukungan sangat diperlukan dalam sejumlah rantai pengolahan daur ulang plastik. Hal itu karena daur ulang plastik, termasuk kemasan plastik PET, bukanlah investasi berbiaya murah. Apalagi, tidak semua bahan baku daur ulang plasik yang dikumpulkan bisa dimanfaatkan.

“Investasinya sangat besar dan belum semua bahan baku yang diperoleh bisa dimanfaatkan 100 persen karena masih ada waste-nya,” ujarnya.

Untuk itu, lanjutnya, perlu terobosan dalam mendorong daur ulang plastik dengan memberikan intensif bagi pelaku industri yang terkait dari hulu hingga hilir. Dengan berbagai dukungan tersebut maka upaya mengolah sampah plastik semakin optimal dan menarik banyak pihak.

“Usaha mengolah sampah plastik secara baik membutuhkan kerja keras sehingga ada hasil yang optimal,” ujarnya.
Sebelumnya, Kementerian Perindustrian (Kemperin) terus mendorong pengembangan industri daur ulang plastik untuk mengatasi persoalan sampah plastik di dalam negeri.

Taufik Bawazier, Direktur Industri Kimia Hilir Kemperin mengatakan dukungan yang dimaksud agar tercapai tata kelola dalam pengolahan sampah plastik. Saat ini, lanjutnya, Kemperin tengah mengusulkan ada pengurangan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bagi industri daur ulang. Surat pengajuan terkait insentif dari Kemperin telah diajukan ke Kementerian Keuangan (Kemkeu) sejak bulan Juni 2018.

source: https://www.beritasatu.com/ekonomi/532384-edukasi-soal-daur-ulang-plastik-kemasan-pet-perlu-ditingkatkan.html