Menristek Dorong Penggunaan Tes GeNose C19 di Sektor Manufaktur

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang PS Brodjonegoro menyebutkan, pariwisata jadi salah satu sektor yang paling terpukul karena adanya pandemi COVID-19.

Jakarta – Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) /Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) RI Bambang PS Brodjonegoro mendorong penggunaan GeNose C19 sebagai alat deteksi COVID-19 di pabrik.

Bambang mengatakan, manufaktur menjadi salah satu sektor yang terpuruk akibat adanya pandemi COVID-19. Meski dari segi permintaan terus berjalan, namun dia menilai terdapat kendala dari faktor operasi yang membuat produksi karyawan menjadi terhambat.

Oleh karena itu, diperlukan alternatif lain salah satunya dengan penggunaan GeNose untuk mendorong kinerja karyawan agar tetap optimal. Sekaligus membantu sektor manufaktur supaya bisa bangkit kembali di masa pandemi.

“Saya mengusulkan agar GeNose bisa lebih banyak dipakai di pabrik. Mengingat pertumbuhan ekonomi kita salah satu yang juga mengalami kontraksi kan sektor manufaktur. Meskipun ada faktor demand, tapi juga ada faktor gangguan operasi dari manufaktur itu sendiri, dari pabrik karena karyawan yang jumlahnya besar nggak bisa bekerja secara optimal,” ujar Bambang.

“Kami harapkan GeNose bisa menjadi solusi bagi sektor manufaktur untuk bisa bangkit kembali,” lanjutnya.

Hal tersebut dia sampaikan saat menyerahkan GeNose C19 kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto di Gedung Kemenko Perekonomian, Senin (22/3/2021).

Diungkapkan Bambang, alat deteksi Corona buatan anak bangsa ini bisa digunakan sehari-hari oleh para pekerja di pabrik. Mereka bisa melakukan skiring dengan GeNose apakah terdeteksi virus Corona atau tidak. Sehingga, yang masuk hanya pekerja yang telah dinyatakan negatif. Meski begitu, dia tetap mengingatkan agar selalu menjaga keamanan dan patuh terhadap protokol kesehatan.

“Di mana nantinya semua karyawan di pabrik, sebelum mulai bekerja di pagi hari. Atau (sebelum) memulai shift-nya, itu dites dengan GeNose dulu. Dan yang boleh bekerja pada shift-nya hanya yang (hasilnya) negatif. Jadi artinya kita juga menciptakan keamanan di dalam pabriknya sendiri. Meskipun karyawan tetap menggunakan masker dan menjalankan 3M secara disiplin,” tuturnya.

Di sisi lain, Menko Perekonomian Airlangga Hartanto mendukung usulan yang disampaikan oleh Bambang. Airlangga pun meminta agar kapasitas produksi GeNose 19 dapat ditingkatkan, dari yang semula 2-5 ribu, menjadi 10-15 ribu. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan GeNose bagi para pelaku usaha di sektor industri.

“Tadi saya bilang, supaya produksi ditingkatkan dari 3000 jadi 10.000 sampai 15.000. Karena demand-nya besar. Kalau industri beliGeNose kan nggak cuma 1, minimal 5 sampai 10 unit,” terangnya.

“Nah kalau ini bisa kita gunakan untuk skrining awal, ini tentu akan sangat bermanfaat apalagi disaksikan skriningnya cepat,” imbuhnya.

Adapun GeNose dapat dimanfaatkan sebagai alat skrining pertama, yang selanjutnya perlu dilakukan akurasi swab test PCR kembali. Dengan begitu dapat menekan biaya secara keseluruhan.

“Ini bisa kita dorong, tentu ada layer daripada pengetesan. Jadi skrining awal dengan GeNose, skrining berikutnya bisa dengan PCR. Sehingga nanti cost-nya secara keseluruhan akan turun. Tapi yang sekarang kita harus kejar adalah kapasitas produksi,” pungkasnya.

 

Oleh: Jihaan Khoirunnisaa

Source: https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5503276/menristek-dorong-penggunaan-tes-genose-c19-di-sektor-manufaktur